Selasa, 12 Februari 2013

VALENTINE DAY's it's not SEX FOR FUN DAY's




Hari Kasih Sayang Tidak Identik Dengan Sex Bebas

Dizaman modern ini, Euphoria perayaan Valentine's Day (VD) secara trend sudah berkembang drastis, tak melulu berhubungan dengan bunga atau coklat saja, akan tetapi juga identik dengan Seks bebas. dari Tahun ke Tahun hari kasih sayang sudah menjadi trend bagi anak muda untuk berkencan dengan pasangannya.


1. Fenomena Sex on Valentine.

Di Thailand Sebuah survei yang dirilis universitas Kamar Dagang Thailand Selasa Kemarin (12/02) pada BANGKOKPOST.COM, menunjukkan bahwa Remaja ABG (anak Baru Gede) adalah termasuk yang terancam untuk kehilangan keperawanannya pada Hari Valentine pada 14 Februari besok.

Survei menunjukkan bahwa 15,4 persen remaja berusia 16-18 berencana untuk melakukan hubungan seks untuk pertama kalinya dengan mitra mereka pada hari itu merayakan cinta, sementara 12,5 persen dari mereka yang berusia 19 sampai 22 memiliki hal yang sama di pikiran mereka. Mereka 23-29 usia (16 persen) juga berencana untuk mengambil risiko.

Dan Tidak hanya itu, pemberitaan yang baru saja di angkat oleh VOAINDONESIA.COM tentang sebuah perusahaan di Los Angeles yang bernama Tinder, juga mengembangkan aplikasi dengan nama sama untuk membantu para lajang mendapatkan teman kencan untuk hari Valentine.

Lewat aplikasi ini, para lajang dapat mencari teman kencan potensial lewat daftar foto orang-orang dengan lokasi terdekat yang memiliki ketertarikan yang sama. Jika sama-sama tertarik, aplikasi tersebut dapat menghubungkan mereka lewat percakapan yang lebih private.

Fenomena Sex on Valentine dikuatkan juga saat seorang penulis, menjelang Valentine’s Day tahun 2004, pernah melakukan survei terhadap remaja pinggiran Kota Bandung seperti Cimahi, Batujajar, Padalarang, dan Lembang. Dibantu Lembaga Telaah Agama dan Masyarakat (eL-TAM) penulis menyebarkan 500 angket ke siswa siswi tingkat SMA di daerah tersebut. Hasilnya? Mengejutkan! Dari 413 responden yang menjawab angket secara “sah” 26,4% di antaranya mengaku lebih suka merayakan Valentine bersama gebetan atau kekasih dengan jalan-jalan, makan-makan lalu berciuman (melakukan seks).

Sebuah fakta yang menarik, namun Jika itu tujuannya hanya bermuara pada melakukan hubungan sex dengan pasangan diluar nikah. maka hari kasih sayang hanya dijadikan media dan label, bermerek kasih sayang ber-implementasi hura-hura, pesta dan aktifitas seks.


2. Mengenal Valentine Day's dari sejarahnya.

Pemahaman yang salah tentang Valentine Day sebagai harinya para remaja untuk memadu kasih, menjadi salah satu faktor yang meningkatkan trend Sex bebas di hari Valentine.

Ada banyak versi tentang sejarah asal muasal hari kasih sayang ini, Namun secara umum, Hari Kasih sayang atau Valentine's Day ini banyak di kenal sebagai hari perayaan modern yang berasal dari dihukum matinya seorang pendeta keristen pada tanggal 14 februari 270 M, yang ditulis di  Ensiklopedia Amerika voleme XIII pada halaman 464.

Di tahun 494 M, Paus Gelasius I mengubah upacara Lupercaria, sebuah perayaan yang bertujuan untuk menghormati dewa yang bernama Lupercus, dewa kesuburan, yang dilambangkan setengah telanjang dan berpakaian kulit kambing,  yang dilaksanakan setiap 15 Februari menjadi perayaan resmi pihak gereja. sang Paus mengganti tanggal perayaan tersebut menjadi 14 Februari yang bertepatan dengan tanggal matinya Santo Valentine sebagai bentuk penghormatan dan pengkultusan kepada Santo Valentine.

St. Valentine meninggal pada 14 Februari 269 M, selain menjadi pendeta Valentine juga dikenal sebagai tabib (dokter) yang dermawan.

Ia hidup di kerajaan yang saat itu dipimpin oleh Kaisar Claudius yang terkenal kejam. Ia sangat membenci kaisar tersebut. Claudius berambisi memiliki pasukan militer yang besar, ia ingin semua pria di kerajaannya bergabung di dalamya.

Namun sayangnya keinginan ini tidak didukung. Para pria enggan terlibat dalam peperangan. Karena mereka tidak ingin meninggalkan keluarga dan kekasih hatinya. Hal ini membuat Claudius marah, dia segera memerintahkan pejabatnya untuk melakukan sebuah ide gila.

Claudius berfikir bahwa jika pria tidak menikah, mereka akan senang hati bergabung dengan militer. Lalu Claudius melarang adanya pernikahan. Pasangan muda saat itu menganggap keputusan ini sangat tidak masuk akal. Karenanya St. Valentine menolak untuk melaksanakannya.

St. Valentine tetap melaksanakan tugasnya sebagai pendeta, yaitu menikahkan para pasangan yang tengah jatuh cinta meskipun secara rahasia. Aksi ini akhirnya diketahui oleh kaisar yang segera memberinya peringatan, namun ia tidak menggubris dan tetap memberkati pernikahan dalam sebuah kapel kecil yang hanya diterangi cahaya lilin.

Sampai pada suatu malam, ia tertangkap basah memberkati salah satu pasangan. Pasangan tersebut berhasil melarikan diri, namun malang St. Valentine tertangkap. Ia dijebloskan ke dalam penjara dan divonis hukuman mati dengan dipenggal kepalanya.

Sejak kematian Valentine (14 februari), kisahnya menyebar dan meluas, hingga tidak satu pelosok pun di daerah Roma yang tak mendengar kisah hidup dan kematiannya. Kakek dan nenek mendongengkan cerita Santo Valentine pada anak dan cucunya sampai pada tingkat pengkultusan.

Dengan demikian perayaan Lupercaria sudah tidak ada lagi dan diganti dengan "Valentine Days"

Sesuai perkembangannya, Valentine Days tersebut menjadi semacam rutinitas ritual bagi kaum gereja untuk dirayakan. Agar tidak kelihatan formal, peringatan ini dibungkus dengan hiburan atau pesta-pesta.

Nah, Jika konseptual Valentine Day's pada dasarnya hanya untuk memperingati hari meninggalnya St. Valentine yang telah berjasa menikahkan para pasangan yang tengah jatuh cinta, maka sejak dini harus diluruskan bahwa sesungguhnya Valentine Day tak mengajarkan untuk melakukan sentuhan fisik, ciuman, hubungan seksual dan sebagainya.

Oleh : Edo Hary Purnawan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar